Capaian Input Data eHDW Desa Watugede Singosari Capai 80 %

Malang (Singosari)—Berlokasi di Gedung Serbaguna Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, digelar rapat koordinasi (Rakor) Kader Pembangunan Manusia (KPM) Se Kecamatan Singosari, Selasa (31/1/2023) kemarin.

Rakor KPM tersebut bisa dibilang cukup istimewa, sebab dihadiri oleh Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Kabupaten Malang. Yakni, Winartono, M.I.Kom., Koordinator TPP Kabupaten Malang, dan Hendry Khaerudin, anggota TAPM Kabupaten Malang.

Selain itu, Rakor yang dibuka oleh Sugeng Widyantoro, relawan Rumah Zakat, juga dihadiri Kabid Kesejahteraan Sosial Kecamatan Singosari, Kasi Kesra Desa Watugede, dan TPP Kecamatan Singosari.

Dalam mukaddimahnya, Hendry Khaerudin menyampaikan evaluasi tentang 5 paket layanan dasar dan evaluasi input data eHDW.

Hendry pun menanyakan, apakah KPM sudah mengawal paket layanan dasar melalui Rembug Stunting. Menurutnya, bahwa dengan Rembug Stunting, KPM diproyeksikan akan mampu mengawal program kegiatan, dipertanggungjawabkan dan bisa teranggarkan dalam APBDesa.

Untuk Aplikasi eHDW, lanjutnya, masih ada desa yang belum input data dan ada yang baru inputan 1 %.

“Maka, perlu adanya komitmen KPM untuk melakukan input minimal setiap bulan. Jika hal itu dilaksanakan, aplikasi eHDW ini akan terbuka pengembangannya,” terangnya.

Menanggapi hal itu, Abib, Kasi Kesejahteraan Sosial Desa Watugede, menyampaikan bahwa capaian input data eHDW desa Watugede sudah mencapai 80 %.

Untuk diketahui, Aplikasi eHDW atau Human Development Worker merupakan aplikasi berbasis online yang diluncurkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI. Aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mempermudah tugas dan fungsi kader desa dalam memantau dan melaporkan status gizi masyarakat desa, sebagai upaya pencegahan kekurangan gizi kronis (stunting).

Sementara itu, Cak Win, pria asal Tuban ini, menyampaikan tentang Prevalensi. Sebuah istilah khas statistik, sebagaimana perhitungan-pengukuran lain seperti indeks, trend, agregasi, akumulasi, dan lain sebagainya.

“Perbedaan istilah ini mesti kita resapi dan maknai dalam pengawalan pembangunan manusia di Desa, yang dalam hal ini soal stunting atau layanan sosial dasar lainnya,” ungkapnya.

Secara terminologi statistika, sambungnya, prevalensi adalah proporsi dari populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam dunia kedokteran, karakteristik yang dimaksud meliputi penyakit atau faktor risiko.

Dalam Rakor yang juga dilanjut dengan Bimtek fasilitasi & aplikasi eHDW tersebut, Koordkab terdebut sekilas menjelaskan takrif konsepsi dasar antara ‘indeks’, ‘trend’, ‘agregasi’, dan ‘prevalensi’.

Dan, sebagai tambahan informasi, pada acara tersebut juga sekaligus diperkenalkan G. Yuristiarso TAPM Kabupaten Malang yang baru melakukan perkenalan di hadapan KPM kecamatan Singosari.

Pada kesempatan itu, Mas Yuris, sapaan akrabnya, bercita cita Ingin kuliah di Malang  tapi tidak kesampaian.

“Alhamdulillah saya di tempatkan di Malang per-januari 2023 ini, dengan wilayah tugas Malang Selatan. Kali ini, berbicara tentang Singosari saya teringat dengan Kendedes. Seorang perempuan yang menjadi ibu dari raja-raja besar di Nusantara,” jelasnya. (*)

Penulis : Syeh Prabudi, Pendamping Lokal Desa Kecamatan Singosari