Jambe Klopo Doyong ’Mbeber Pasinaon Urup’

Malang (Pakisaji)—Tidak seperti malam-malam sebelumnya. Jambe Klopo Doyong—tempat bermain dan ruang aktifitas relawan lingkungan di pinggiran anak sungai Kali Metro, Desa Genengan Pakisaji—pada pertengahan bulan Ramadhan ‘Mbeber Pasinaon Urup’, Kamis (6/4/2023).

Pada malam-malam sebelumnya, Jambe Klopo Doyong lebih sering terlihat dimanfaatkan sebagai ruang diskusi, dan tidak jarang berkegiatan kerja bakti oleh komunitas peduli lingkungan di Desa Genengan, Kecamatan Pakisaji itu.

Namun kehadiran Gus Rois, Mas Ori, bersama Dicky n Friend’s Akustik, di bawah barongan yang ada di Jambe Klopo Doyong malam itu, menjadikan suasananya berbeda.

Hal itu diakui oleh Irfa’uddin, Kordinator Sahabat Relawan Lingkungan Desa Genengan. Bertajuk Padhang Bulanan untuk berkumpul dan mendengarkan kajian dan perenungan, menurutnya adalah upaya untuk belajar bersama.

“Belajar tentang kehidupan, belajar mengenali diri, dan belajar untuk lebih bermanfaat,” ungkapnya di sela-sela kegiatan itu.

Selain bermain musik dan sholawatan, di tengah-tengah 20 an peserta Mbeber Pasinaon Urup tersebut, Gus Rois memberikan gambaran tujuan hidup manusia.

Tiada lain, tujuan hidup umat manusia, adalah untuk beribadah pada Tuhannya. Hanya saja, tingkat ibadah manusia itu terbatas, memiliki tingkatannya masing-masing, ruang pribadi, dan akhirnya menimbulkan beragam ekspresi dalam spritualnya.

Setidaknya, lanjut Gus Rois, ada 3 tingkatan yang dapat dilalui oleh pribadi-pribadi seseorang. Yang pertama adalah tingkatan ibadah yang asal telah melaksanakan kewajiban. Jika sudah dikerjakan, gugurlah kewajibannya.

Yang kedua adalah kebutuhan. Oleh karena dirasa sebuah ibadah itu adalah kebutuhan, seseorang tidaklah beribadah hanya karena ingin menggugurkan kewajiban. Tapi sudah mengerti bahwa ibadah perpengaruh pada pelakunya dan menjadi sebab mengapa ia harus beribadah.

Dan yang ketiga adalah tingkatan yang paling tinggi, karena cinta. Yakni, memandang bahwa ibadah adalah sarana untuk menjembatani sebuah pertemuan dengan kekasihnya. Beratus-ratus ibadah yang dilakukan pagi pecinta pada tingkat ini, tiada berarti selain untuk kebahagiaannya.

“Tiga tingkatan inilah yang ada di kehidupan kita. Jangan disamakan antara tingkatan pertama dengan yang ketiga. Jangan dibandingkan antara orang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang tidak jatuh cinta,” ungkapnya.

Turut hadir pada Padhang Bulanan itu, Didik Hartono, Danramil Batu; Zaenal Arifin, Kades Genengan; Andoko, Sekretaris Desa Genengan; Edy Wahyu Kurniawan, Korcam TPP Pakisaji; Jumariyanto, Ketua RW 6; dan beberapa peserta lintas organisasi, lintas komunitas, serta beberapa warga Desa Genengan. (*)

Penulis: Roihan Rikza, Pendamping Lokal Desa Kecamatan Pakisaji