“Kemiskinan” Absolut kah?

Banyak kriteria yang disematkan pada warga kelas bawah, secara status ekonomi atau pendapatan perkapita, hal itu ditentukan oleh hasil penelitian sosial yg mengatakan ada istilah kemiskinan struktural, kemiskinan absolut, kerak nya kemiskinan dan bahkan kemiskinan ektrem.

Kemiskinan jika dipandang dari pendapatan ekonomi, diukur dengan indikator ekonomi, mungkin bisa juga kriteria kemiskinan terus berubah sesuai konteks kondisi sosialnya. Misal suatu nanti yang dikatakan kemiskinan adalah orang yang punya satu mobil dan rumah lantai satu sebab perkembangan ekonomi semakin cepat.

Karena acuan kompotensi dari yang lain yaitu warga yang mempunyai dua mobil dan lantai bertingkat. Diukur dengan daya saing kepunyaan harta dan kekayaan orang lain, jadi kemiskinan diukur dengan persaingan kepunyaan.

Pembedaan kelas itu sebenarnya tidak ada jika kelas terrendah secara ekonomi dapat mengakses pelayanan dasarnya, meningkatkan skill dengan adaptasi baru. Ini bisa terjadi jika haknya terpenuhi selain juga kewajibannya.

Potensi dikelola dengan baik, baik potensi diri dan diluar dirinya. Bagaimana dengan yang sudah lansia, warga tidak berpendidikan dan tidak punya lahan untuk nilai ekonomis? Apakah bisa menghilangkan atau menurunkan kemiskinan? Atau kemiskinan ini hanya persoalan statistik saja?

Nah ini hanya pengantar sekilas saja. Lebih jelasnya kita bisa membaca tulisan Gus Menteri Desa yang sangat ciamik tersebut.

 

@abdussalam